Jumat, 03 Februari 2017

Dimana (KE)Manusia(AN)?

                                                               (tambahkan ke- dan -an)

Pertama kali kamu membaca judul dari entry ini, mungkin sebagian dari kamu banyak yang menjawab: “ya pasti ada lah, emang lo gak liat banyak orang yang koar-koar tentang kemanusiaan? Lo gak liat gimana orang Indonesia peduli betul sama perang-perang yang terjadi di Aleppo dan sebagainya? Banyak kali dari mereka yang ngasih dana buat para korban”. Well, yeah it’s kind of kindness of those people. Saya tidak mempermasalahkan hal tersebut, justru hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat baik untuk dilakukan. Tetapi kenapa judul entry ini terlihat seperti tidak adanya rasa kemanusiaan di bumi? Well, sebenarnya saya mau mengingatkan sesuatu yang mungkin sudah dilupakan atau dianggap tidak penting oleh sebagian manusia. Hal yang sangat sederhana tersebutlah yang terkadang membuat saya merasa miris dan selalu menanyakan kemana rasa kemanusiaanmu sebagai manusia? Mungkin hal yang dilakukan memang terbilang sederhana tetapi saya yakin, hal sederhana tersebut pastinya akan lebih bermakna buat orang lain.

 Sebelumnya, mari kita bahas terlebih dahulu apa sih kemanusiaan itu? Jika saya baca dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kemanusiaan berarti sifat-sifat manusia. Setelah membaca hal tersebut, akhirnya muncullah pertanyaan tentang apa sih perbedaan dari manusia dan binatang? Ya tentunya yang membedakan keduanya adalah sifat-sifat mereka. Manusia secara logikanya memiliki sifat yang lebih unggul apabila dibandingkan dengan binatang karena manusia diberikan akal oleh Tuhan yang selalu berkembang seiring dengan proses belajarnya seseorang. Akal dan tentunya ditambah dengan sifat kemanusiaan tersebutlah yang membedakan antara manusia dan binatang.

Okay, sebenernya saya bikin entry ini untuk mengingatkan kita sebagai manusia untuk selalu peka sama orang-orang di sekitar kita apalagi di tempat-tempat umum. Jangan sampai kita malah mendahulukan hak kita daripada mendahulukan hak orang lain yang tentunya lebih berhak mendapatkannya. Contohnya, pada saat ini masih banyak orang yang tidak peduli terhadap sesamanya di dalam kereta. Saya selalu memperhatikan orang-orang yang duduk di dalam kereta, tidak jarang saya melihat laki-laki yang duduk di dalam kereta dan memilih bersifat acuh dengan pura-pura tidur, menggunakan masker dan headset. Suatu saat saya naik kereta disana ada dua orang laki-laki, panggillah si putih dan si kuning. Penyebutan nama ini tentunya memiliki artian dimana si putih berarti seorang bapak yang sudah terbilang tua dan telah memutih rambutnya. Sedangkan si kuning adalah seorang pria di usia 20an akhir yang mewarnai rambutnya dengan warna kuning entah maksud dan tujuannya apa. Pada saat itu saya berdiri di depannya, entah apa penyebabnya ia terkadang mencuri-curi pandang kearah saya, saya mengira ia akan memberikan tempat duduknya kepada saya tetapi selama ini saya Cuma berharap dan ia tidak sama sekali memberikan tempat duduknya. Well, saya sudah terbiasa atas perlakuan seperti itu, tetapi suatu ketika ada seorang bapak-bapak yang saya panggil Pak Putih yang masuk ke dalam kereta, saya yakin betul kalau si kuning itu sadar akan kehadiran bapak ini tapi entah kenapa ia malah tetap diam dan cuek. Akhirnya saya memulai percakapan terlebih dahulu dengan si bapak putih “pak, bapak mau duduk?” dan bapak itu menjawab “gausah neng, bapak turunnya deket”. Saya yakin betul si kuning pastinya mendengarkan percakapan kami. Hingga suatu saat entah kelelahan bapak itu jongkok dan si kuning ini pun tentu tahu karna dia tidak tidur atau bahkan main HP selama perjalanan. Saking jengkelnya saya, saya pun hanya menatap muka si kuning dengan tatapan penuh arti dan juteknya hingga terjadilah tatap menatap, mungkin si kuning mengerti maksud saya untuk memberikan tempat duduknya ke si pak putih dan akhirnya ia baru menanyakan apakah si pak putih mau duduk di tempatnya. Selama perjalanan saya Cuma menggerutu dalam hati “ya Allah kenapa ini orang gak nanya sama bapak itu daritadi sih jir gak kasian apa si bapak sampe jongkok gitu baru ditanyain”.

Saat ini juga, pasti banyak sekali dari kita yang membaca berita orang yang berantem di kereta karena tidak mau memberikan bangku dikarenakan bangku itu bukan bangku prioritaslah atau apapun itu. Menurut saya apapun itu nama bangkunya mau bangku prioritas kah atau pun tidak tetap saja harus diberikan kepada mereka yang berhak. Misalnya dibangku prioritas isinya sudah penuh dengan manula, ibu-ibu hamil dan ibu-ibu bawa anak, masa iya kita dengan angkuhnya bilang “maaf ya ini bukan bangku prioritas” ya Tuhan, dimana rasa kemanusiaanmu?

Saya juga pernah sewaktu-waktu naik kereta tiba-tiba ada ibu hamil yang naik kereta tersebut, untungnya ada orang terdekat yang spontan minta tolong kepada bapak yang duduk untuk berdiri. Saya kaget bukan main mendengar jawaban si bapak itu, bukannya memberikan tempat duduk dia malah menjawab “makanya kalo hamil gak usah naik kereta” yang akhirnya berujung teriakan riuh dari para penumpang yang mendengarnya, sempet juga saya menyumpahserapahi bapak itu dalam hati. Justru jawaban dari bapak itu harusnya ditujukan kedirinya, kalau mau nyaman dan duduk selama perjalanan jangan naik transportasi umum gunakan kendaraan pribadi.


Kemanusiaan tidak selalu dikaitkan dengan suatu hal yang besar seperti peperangan dan spreading world peace, rada sulit gitu ya kalau membicarakan atau memulai sifat kemanusiaan dari hal tersebut. coba lah tebar rasa kemanusiaan dari hal-hal simpel seperti memberikan hak mu kepada mereka yang lebih membutuhkan dan tentunya lebih berhak. Jika kita lihat dari kasus tempat duduk di kereta kita bisa memberikan tempat duduk kita kepada mereka yang membutuhkan, kenapa? Karena mumpung kita masih kuat dan gagah kita harus melakukannya kepada orang lain dan pastinya ada saatnya kita sebagai perempuan hamil dan kita sebagai manusia akan menua. Ketika kita menanam kebaikan maka kita akan menuai kebaikan pula kelak.
Read More