(tambahkan ke- dan -an)
Pertama kali kamu membaca judul
dari entry ini, mungkin sebagian dari kamu banyak yang menjawab: “ya pasti ada lah, emang lo gak liat banyak
orang yang koar-koar tentang kemanusiaan? Lo gak liat gimana orang Indonesia
peduli betul sama perang-perang yang terjadi di Aleppo dan sebagainya? Banyak
kali dari mereka yang ngasih dana buat para korban”. Well, yeah it’s kind of
kindness of those people. Saya tidak mempermasalahkan hal tersebut, justru
hal tersebut merupakan suatu hal yang sangat baik untuk dilakukan. Tetapi
kenapa judul entry ini terlihat
seperti tidak adanya rasa kemanusiaan di bumi? Well, sebenarnya saya mau mengingatkan sesuatu yang mungkin sudah
dilupakan atau dianggap tidak penting oleh sebagian manusia. Hal yang sangat
sederhana tersebutlah yang terkadang membuat saya merasa miris dan selalu
menanyakan kemana rasa kemanusiaanmu sebagai manusia? Mungkin hal yang
dilakukan memang terbilang sederhana tetapi saya yakin, hal sederhana tersebut
pastinya akan lebih bermakna buat orang lain.
Sebelumnya, mari kita bahas
terlebih dahulu apa sih kemanusiaan
itu? Jika saya baca dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) kemanusiaan
berarti sifat-sifat manusia. Setelah membaca hal tersebut, akhirnya muncullah
pertanyaan tentang apa sih perbedaan
dari manusia dan binatang? Ya tentunya yang membedakan keduanya adalah
sifat-sifat mereka. Manusia secara logikanya memiliki sifat yang lebih unggul
apabila dibandingkan dengan binatang karena manusia diberikan akal oleh Tuhan
yang selalu berkembang seiring dengan proses belajarnya seseorang. Akal dan
tentunya ditambah dengan sifat kemanusiaan tersebutlah yang membedakan antara
manusia dan binatang.
Okay, sebenernya saya bikin entry ini untuk mengingatkan kita
sebagai manusia untuk selalu peka sama orang-orang di sekitar kita apalagi di
tempat-tempat umum. Jangan sampai kita malah mendahulukan hak kita daripada
mendahulukan hak orang lain yang tentunya lebih berhak mendapatkannya.
Contohnya, pada saat ini masih banyak orang yang tidak peduli terhadap
sesamanya di dalam kereta. Saya selalu memperhatikan orang-orang yang duduk di
dalam kereta, tidak jarang saya melihat laki-laki yang duduk di dalam kereta
dan memilih bersifat acuh dengan pura-pura tidur, menggunakan masker dan headset. Suatu saat saya naik kereta
disana ada dua orang laki-laki, panggillah si putih dan si kuning. Penyebutan
nama ini tentunya memiliki artian dimana si putih berarti seorang bapak yang
sudah terbilang tua dan telah memutih rambutnya. Sedangkan si kuning adalah
seorang pria di usia 20an akhir yang mewarnai rambutnya dengan warna kuning
entah maksud dan tujuannya apa. Pada saat itu saya berdiri di depannya, entah
apa penyebabnya ia terkadang mencuri-curi pandang kearah saya, saya mengira ia
akan memberikan tempat duduknya kepada saya tetapi selama ini saya Cuma
berharap dan ia tidak sama sekali memberikan tempat duduknya. Well, saya sudah
terbiasa atas perlakuan seperti itu, tetapi suatu ketika ada seorang
bapak-bapak yang saya panggil Pak Putih yang masuk ke dalam kereta, saya yakin
betul kalau si kuning itu sadar akan kehadiran bapak ini tapi entah kenapa ia
malah tetap diam dan cuek. Akhirnya saya memulai percakapan terlebih dahulu
dengan si bapak putih “pak, bapak mau
duduk?” dan bapak itu menjawab “gausah
neng, bapak turunnya deket”. Saya yakin betul si kuning pastinya
mendengarkan percakapan kami. Hingga suatu saat entah kelelahan bapak itu
jongkok dan si kuning ini pun tentu tahu karna dia tidak tidur atau bahkan main
HP selama perjalanan. Saking jengkelnya saya, saya pun hanya menatap muka si
kuning dengan tatapan penuh arti dan juteknya hingga terjadilah tatap menatap,
mungkin si kuning mengerti maksud saya untuk memberikan tempat duduknya ke si
pak putih dan akhirnya ia baru menanyakan apakah si pak putih mau duduk di tempatnya.
Selama perjalanan saya Cuma menggerutu dalam hati “ya Allah kenapa ini orang gak nanya sama bapak itu daritadi sih jir gak
kasian apa si bapak sampe jongkok gitu baru ditanyain”.
Saat ini juga, pasti banyak
sekali dari kita yang membaca berita orang yang berantem di kereta karena tidak
mau memberikan bangku dikarenakan bangku itu bukan bangku prioritaslah atau
apapun itu. Menurut saya apapun itu nama bangkunya mau bangku prioritas kah
atau pun tidak tetap saja harus diberikan kepada mereka yang berhak. Misalnya
dibangku prioritas isinya sudah penuh dengan manula, ibu-ibu hamil dan ibu-ibu
bawa anak, masa iya kita dengan angkuhnya bilang “maaf ya ini bukan bangku
prioritas” ya Tuhan, dimana rasa kemanusiaanmu?
Saya juga pernah sewaktu-waktu
naik kereta tiba-tiba ada ibu hamil yang naik kereta tersebut, untungnya ada
orang terdekat yang spontan minta tolong kepada bapak yang duduk untuk berdiri.
Saya kaget bukan main mendengar jawaban si bapak itu, bukannya memberikan
tempat duduk dia malah menjawab “makanya
kalo hamil gak usah naik kereta” yang akhirnya berujung teriakan riuh dari para
penumpang yang mendengarnya, sempet juga saya menyumpahserapahi bapak itu dalam
hati. Justru jawaban dari bapak itu harusnya ditujukan kedirinya, kalau mau
nyaman dan duduk selama perjalanan jangan naik transportasi umum gunakan
kendaraan pribadi.
Kemanusiaan tidak selalu
dikaitkan dengan suatu hal yang besar seperti peperangan dan spreading world peace, rada sulit gitu
ya kalau membicarakan atau memulai sifat kemanusiaan dari hal tersebut. coba
lah tebar rasa kemanusiaan dari hal-hal simpel seperti memberikan hak mu kepada
mereka yang lebih membutuhkan dan tentunya lebih berhak. Jika kita lihat dari
kasus tempat duduk di kereta kita bisa memberikan tempat duduk kita kepada mereka
yang membutuhkan, kenapa? Karena mumpung kita masih kuat dan gagah kita harus
melakukannya kepada orang lain dan pastinya ada saatnya kita sebagai perempuan
hamil dan kita sebagai manusia akan menua. Ketika kita menanam kebaikan maka kita
akan menuai kebaikan pula kelak.