Cinta merupakan suatu faktor
pembeda antara manusia dengan binatang dan antara manusia dengan robot.
Binatang hanya memiliki naluri dan nafsu dalam kehidupannya sedangkan robot
adalah suatu benda yang bisa saja dibentuk memiliki fisik yang sama dengan
manusia, tetapi robot hanyalah sebuah mesin yang diatur oleh manusia tanpa bisa
mencerna apa yang diperintahkan. Cinta merupakan salah satu sifat dasar dari
manusia, dari buku filsafat yang pernah saya baca cinta merupakan suatu faktor
di mana dua orang dapat bertemu dan pertemuan tersebut disebut pertemuan
intrasubyektif (pertemuan antar pribadi).
Tetapi bagaimana cinta dipandang
oleh orang-orang yang mempunyai paham Exchange
theory? Sebelum saya membahas hal tersebut, ada baiknya apabila saya
membahas exchange theory terlebih
dahulu. Jadi, exchange theory ini
bisa disebut juga teori pertukaran. Dalam artikel ini saya akan membahas lebih
lanjut teori pertukaran dari sudut pandang salah satu tokoh sosiologi modern
yang bernama Peter M. Blau. Konsep Blau tentang teori pertukaran terbatas
kepada tingkah laku yang mendatangkan imbalan dan seseorang akan berhenti kalau
dia berasumsi bahwa tidak bakal ada lagi imbalan yang dapat ia terima.
Jadi menurut Blau, seseorang akan
tertarik akan sesuatu apabila ada timbal balik kepada dirinya berupa imbalan.
Imbalan itu sendiri terbagi atas dua sifat yaitu intrinsik dan ekstrinsik.
Intrinsik merupakan imbalan yang sifatnya seperti afeksi, cinta, pujian atau
penghargaan dan sebagainya. Sedangkan ekstrinsik merupakan imbalan yang
sifatnya berupa uang atau barang-barang lainnya (materi). Imbalan ini akan yang
menjadi barometer apa seseorang itu makin tertarik atau terikat pada sesuatu
atau malah makin menjauh dari sesuatu.
Apabila kita kaitkan dengan
cinta, bisa dikatakan bahwa cinta memang sifat dasar dari manusia tetapi tidak
ada cinta yang benar-benar tulus menurut teori pertukaran ini. Misalkan, ada
seseorang perempuan yang cinta kepada seorang laki-laki dikarenakan hartanya
yang melimpah. Bagi si perempuan, ia bisa saja memberikan cinta dan afeksi
tetapi laki-laki itu harus memberikannya imbalan yang lebih yaitu berupa harta
atau benda-benda. Apabila si perempuan ini tidak mendapatkan imbalannya, maka
si perempuan itu cepat atau lambat akan menjauh dan pergi dari laki-laki itu.
Contoh diatas memang sangat jelas
kalau cinta si perempuan itu benar-benar tidak tulus. Tetapi, saya ingin
mengajak kamu melihat cinta dalam perspektif yang lain yaitu dari perspektif
exchange theory atau teori pertukaran. Jawablah pertanyaan saya ini dengan
jawaban yang sejujurnya: pernah kah kamu mendengar cerita atau curhatan teman
atau saudara atau bahkan diri kamu sendiri tentang 1). Putus gara-gara pacarnya sibuk? 2.)
berantem gara-gara pacarnya sering sekali slow respond saat balas chat? 3.)
ngambek-ngambekkan gara-gara pacarnya sering main sama teman-temannya? 4.)
berantem gara-gara pacarnya gak bisa ngertiin? 5.) putus gara-gara pacarnya
terlalu cuek?
Apabila kamu jawab “Ya” pada
salah satu dari kelima pertanyaan di atas, hal tersebut sudah menandakan kalau
cinta itu tidak tulus. Loh? Bagaimana bisa? Tentu saja bisa. Ketika kamu mencintai seseorang, apa yang akan kamu
inginkan? Ingin dicintai balik bukan? Meskipun jaman sekarang banyak sekali quote “cinta tidak harus memiliki” well it’s kind of bullshit I think.
Tidak mungkin kamu mencintai seseorang tanpa ingin memilikinya. Well, at least kamu pasti mengharapkan
seseorang itu mencintai kamu balik meskipun itu perasaan yang berada di dalam
lubuk hati yang paling terdalam dan dicoba untuk dikubur supaya tidak muncul
kepermukaan. Ketika kamu sayang sama seseorang, apa yang kamu inginkan? Ingin
diberi rasa kasih sayang yang sama pula, bukan? Dan apabila kamu sedang pacaran
sama seseorang, apa tujuan dari pacaran tersebut? Untuk mendapatkan afeksi yang
lebih dari selain orang tua, bukan? Pada
intinya ketika kamu mencintai seseorang pastinya kamu meminta imbalan
sekurang-kurangnya dicintai balik. Ketika kamu berpacaran sama seseorang
pastinya kamu akan berusaha cepat untuk membalas chatnya, berusaha memberikan
cinta dan afeksi, tentunya kamu menginginkan imbalan sekurang-kurangnya sama
seperti apa yang telah kamu lakukan kepada orang itu. Lalu apa yang terjadi
ketika kamu tidak menerima imbalan? Jawaban saya hanya dua: 1.) bertahan, 2.)
lelah bertahan dengan hubungan yang seperti ini dan pada akhirnya putus juga.
Tetapi, setelah membaca artikel ini JANGAN sampai kamu putus sama pacar atau bahkan hal ekstrim seperti bercerai karena kamu baru terfikirkan kalau gak ada orang yang cintanya tulus. Saya hanya ingin menyampaikan pemikiran dari teori pertukaran ini dan menganalisanya dengan konsep cinta, dan bukan berarti juga saya penganut tok teori ini. Saya yakin di luar sana pasti masih banyak pejuang-pejuang cinta, masih banyak juga orang yang mau mencintai kamu secara tulus. Just wait and see that miracle in life.
8 komentar
mbak, apa mungkin ibunya blau tidak mencintainya dengan tulus?
Nice artikel..
Kl gk punya pacar gmn mba?
ngomongin teori ini serem juga ya?? tapi bukannya ada istilah mba, teori itu terkadang tidak sesuai dengan realita??
saya tidak tahu kehidupan pribadi Blau lebih mendalam ya mbak Putri, namun dalam beberapa buku yang telah saya baca, tidak ada yang menyebutkan ibunya Blau tidak mencintainya dengan tulus. *ini sok serius wkwk*
thank you for commenting and read my article mas raif. kalau mas gak punya pacar, ya sudah gapapa mas. cari saja calon istri. *ini sok serius wkwk*
kenapa harus seram mas misbah? kan ini hanya pembahasan bagi mereka yang terlalu "klik" dengan teori ini, namun di dunia nyata kemungkinan yang seperti ini sangatlah sedikit. memang benar mas, teori terkadang tidak selalu sesuai dengan realita *ini sok serius wkwk*
Niceee! đ
Terimakasih mas :)
EmoticonEmoticon