Sabtu, 04 Juni 2016

5 Tipe Penumpang Commuter line



   Naik mobil pribadi, gak tahan sama macet yang terjadi disana-sini. Naik bis, biasanya trayek bis mengkondisikan kita untuk naik turun bis berkali-kali. Naik angkot, biasanya ngetemnya lama banget. Naik ojeg atau taksi, bikin kantong menipis. Bagaimana kalau commuter line? Saya rasa, salah satu transportasi ini merupakan  transportasi yang cocok dan menjadi pilihan bagi banyak orang di Indonesia untuk berpergian ke kantor atau ke kampus pada pagi hari.

   Banyaknya orang yang memilih commuter line sebagai sarana transportasi tidak membuat sarana transportasi ini luput dari berbagai macam kekurangan. Jika kamu biasa berpergian dengan commuter line pasti kamu tahu apa saja kekurangannya. Kekurangan yang biasa terjadi adalah commuter line terkadang suka terlambat menjemput penumpang di stasiun-stasiun sehingga menyebabkan penumpukkan penumpang di stasiun-stasiun tersebut. Apabila sudah terjadi penumpukkan di stasiun-stasiun maka yang selanjutnya terjadi adalah nightmare. Apa? Nightmare? Iya benar sekali. Gerbong yang penuh sesak dengan orang-orang kantoran atau anak-anak kuliahan ditambah dengan mereka yang tidak suka memakai parfum merupakan sebuah nightmare bagi beberapa penumpang commuter line termasuk saya. Kondisi yang seperti ini selalu mengingatkan saya kepada kaleng sarden, dimana dalam satu kaleng terdiri dari banyak sarden. Sama hal nya dengan commuter line di pagi hari, satu gerbong terdiri dari banyak orang layaknya sarden di dalam kaleng.

Tetapi setelah 2 tahun saya pulang pergi dengan commuter line akhirnya saya sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini malahan kondisi yang seperti ini dapat memberikan saya ide untuk menulis tipe-tipe penumpang commuter line, bagi kamu yang selalu pulang pergi dengan commuter line pasti sangat tidak asing lagi dengan penumpang commuter line yang memiliki tipe-tipe seperti berikut:

1.  Penumpang yang merupakan mantan basis tawuran

Jujur saja, saya gak ngerti dengan tipe yang satu ini. Commuter line memang selalu penuh di pagi hari, tetapi ada saja ibu-ibu atau bapak-bapak yang memaksakan diri untuk masuk ke dalam gerbong dengan cara mendorong orang-orang yang sudah ada di dalam, seakan-akan mereka yang sudah ada di dalam gerbong adalah musuh tawuran yang diharapkan akan segera mundur dengan cara mendorong-dorong tubuh lawannya. Hal yang kedua yang membuat saya bingung, bagaimana bisa seorang ibu-ibu memiliki tenaga yang kuat untuk mendorong orang sebanyak itu agar mereka dapat mundur dan memberikan space baginya di dalam gerbong? Akhirnya saya memiliki konklusi tersendiri, sepertinya mereka memiliki kekuatan yang begitu besar dikarenakan mereka sangat terlatih akan hal dorong-mendorong seperti yang dilakukannya ketika masih dalam masa-masa menjadi basis tawuran. *peace:v

2.  Penumpang yang paling sadis adalah penumpang di gerbong wanita

Perempuan adalah suatu makhluk ciptaan tuhan yang lemah, lembut, anggun dan manja. Tetapi, semua sifat dari perempuan ini akan sirna kalau kamu sudah pernah merasakan naik commuter line di gerbong wanita. Jikalau kereta penuh dan kamu hendak keluar, kamu butuh tenaga ekstra untuk membuka celah  agar kamu bisa keluar dari gerbong. As you know ibu-ibu yang ada di dalam gerbong wanita di dominasi oleh mereka yang enggak peduli kalau kamu mau keluar dari dalam gerbong. Mereka akan diam saja tanpa memberikan jalan agar kamu dapat keluar walaupun kamu sudah teriak-teriak “permisi! Saya mau keluar!” malahan kamu akan terdorong lebih masuk karena banyaknya dan kuatnya tenaga ibu-ibu yang akan masuk ke dalam gerbong. Jadi, jangan pernah kalian meremehkan kekuatan ibu-ibu!

3.  Penumpang maniak gadget

Dalam keadaan yang sangat penuh dan berdesak-desakan, masih saja ada orang yang tidak lepas dari gadgetnya. Kalau sekedar mendengarkan musik menurut saya masih sangat wajar, tetapi banyak dari penumpang commuter line yang malah main game atau bahkan mengecek media sosialnya. Saya tidak mempermasalahkan dia bermain game atau mengecek media sosialnya di dalam commuter line tetapi yang jadi permasalahannya adalah mereka menjadi tidak awas dengan keadaan sekitar sehingga mereka lebih suka bersandar kepada tubuh orang lain sebagai penopang agar dirinya tidak terjatuh saat kereta ingin berhenti atau sedang berjalan. 


        4. Sang penyelamat

Keadaan commuter line yang sangat penuh ini membuat kamu menjadi susah untuk bergerak apalagi berjalan untuk keluar dari dalam gerbong. Terkadang saya suka stuck di tempat karena saya terhimpit oleh banyak orang. Tetapi, saat kondisi ini sedang terjadi ada beberapa penumpang yang tiba-tiba menjadi penyelamat. Mereka menjadi penyelamat dengan cara membantu saya untuk keluar dari dalam gerbong, dimulai dari meneriaki orang-orang agar memberikan saya jalan untuk keluar hingga berupa dorongan atau tarikan agar saya dapat keluar dari dalam gerbong. Dapat diakui tenaga saya tidak cukup kuat untuk menerobos badan orang-orang yang ingin masuk ke gerbong sehingga terkadang saya membutuhkan tarikan atau dorongan agar saya dapat keluar dari gerbong.


        5.  Penumpang baik hati

Tidak selamanya penumpang commuter line selalu memiliki sifat tidak peduli antara satu dengan yang lain. Masih banyak dari mereka yang memiliki sifat respect terhadap sesama. Sifat respect ini ditandai dengan memberikan kursi kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya, membantu orang untuk keluar dari dalam gerbong saat keadaan kereta sangat penuh, memberi jalan atau space bagi orang yang ingin masuk ke gerbong walaupun keadaannya sangat penuh sesak dan sebagainya. Andaikan semua penumpang commuter line memiliki sifat yang seperti ini, saya yakin commuter line pasti akan lebih nyaman dibandingkan dengan commuter line hari ini.

Commuter line merupakan transportasi bersama sehingga menurut saya ada baiknya kalau kita tidak terlalu egois atau mementingkan diri kita sendiri. Coba bayangkan apabila kamu main game di dalam gerbong yang ramai dan kamu bersender kepada tubuh orang lain, apa yang dirasakan oleh orang tersebut? Tentu orang tersebut akan merasa sangat tidak nyaman karena harus menopang beban tubuh dua orang sekaligus. Kenyamanan commuter line tidak hanya perkara fasilitasnya saja, tetapi juga bagaimana dengan sikap penumpang-penumpangnya. Maka, agar commuter line bisa menjadi sarana transportasi yang lebih nyaman lagi ada baiknya kita memperhatikan diri kita dahulu, apakah perbuatan atau tindakan kita dapat menimbulkan efek tidak nyaman bagi orang lain? Apabila semua penumpang memiliki pemikiran yang seperti ini, saya yakin commuter line akan menjadi sarana yang sangat nyaman bagi kita semua.


EmoticonEmoticon