Naik mobil pribadi, gak tahan
sama macet yang terjadi disana-sini. Naik bis, biasanya trayek bis
mengkondisikan kita untuk naik turun bis berkali-kali. Naik angkot, biasanya
ngetemnya lama banget. Naik ojeg atau taksi, bikin kantong menipis. Bagaimana kalau commuter line? Saya
rasa, salah satu transportasi ini merupakan
transportasi yang cocok dan menjadi pilihan bagi banyak orang di
Indonesia untuk berpergian ke kantor atau ke kampus pada pagi hari.
Banyaknya
orang yang memilih commuter line
sebagai sarana transportasi tidak membuat sarana transportasi ini luput dari
berbagai macam kekurangan. Jika kamu biasa berpergian dengan commuter line pasti kamu tahu apa saja
kekurangannya. Kekurangan yang biasa terjadi adalah commuter line terkadang suka terlambat menjemput penumpang di
stasiun-stasiun sehingga menyebabkan penumpukkan penumpang di stasiun-stasiun
tersebut. Apabila sudah terjadi penumpukkan di stasiun-stasiun maka yang
selanjutnya terjadi adalah nightmare.
Apa? Nightmare? Iya benar sekali.
Gerbong yang penuh sesak dengan orang-orang kantoran atau anak-anak kuliahan
ditambah dengan mereka yang tidak suka memakai parfum merupakan sebuah nightmare bagi beberapa penumpang commuter line termasuk saya. Kondisi
yang seperti ini selalu mengingatkan saya kepada kaleng sarden, dimana dalam
satu kaleng terdiri dari banyak sarden. Sama hal nya dengan commuter line di pagi hari, satu gerbong
terdiri dari banyak orang layaknya sarden di dalam kaleng.
Tetapi setelah
2 tahun saya pulang pergi dengan commuter
line akhirnya saya sudah terbiasa dengan kondisi yang seperti ini malahan
kondisi yang seperti ini dapat memberikan saya ide untuk menulis tipe-tipe
penumpang commuter line, bagi kamu
yang selalu pulang pergi dengan commuter
line pasti sangat tidak asing lagi dengan penumpang commuter line yang memiliki tipe-tipe seperti berikut:
1. Penumpang
yang merupakan mantan basis tawuran
Jujur saja,
saya gak ngerti dengan tipe yang satu ini. Commuter
line memang selalu penuh di pagi hari, tetapi ada saja ibu-ibu atau
bapak-bapak yang memaksakan diri untuk masuk ke dalam gerbong dengan cara
mendorong orang-orang yang sudah ada di dalam, seakan-akan mereka yang sudah
ada di dalam gerbong adalah musuh tawuran yang diharapkan akan segera mundur
dengan cara mendorong-dorong tubuh lawannya. Hal yang kedua yang membuat saya
bingung, bagaimana bisa seorang ibu-ibu memiliki tenaga yang kuat untuk
mendorong orang sebanyak itu agar mereka dapat mundur dan memberikan space baginya di dalam gerbong? Akhirnya
saya memiliki konklusi tersendiri, sepertinya mereka memiliki kekuatan yang
begitu besar dikarenakan mereka sangat terlatih akan hal dorong-mendorong
seperti yang dilakukannya ketika masih dalam masa-masa menjadi basis tawuran. *peace:v
2. Penumpang
yang paling sadis adalah penumpang di gerbong wanita
Perempuan
adalah suatu makhluk ciptaan tuhan yang lemah, lembut, anggun dan manja.
Tetapi, semua sifat dari perempuan ini akan sirna kalau kamu sudah pernah
merasakan naik commuter line di
gerbong wanita. Jikalau kereta penuh dan kamu hendak keluar, kamu butuh tenaga
ekstra untuk membuka celah agar kamu
bisa keluar dari gerbong. As you know ibu-ibu yang ada di dalam gerbong wanita di
dominasi oleh mereka yang enggak peduli kalau kamu mau keluar dari dalam
gerbong. Mereka akan diam saja tanpa memberikan jalan agar kamu dapat keluar
walaupun kamu sudah teriak-teriak “permisi! Saya mau keluar!” malahan kamu akan
terdorong lebih masuk karena banyaknya dan kuatnya tenaga ibu-ibu yang akan
masuk ke dalam gerbong. Jadi, jangan pernah kalian meremehkan kekuatan ibu-ibu!
3. Penumpang
maniak gadget
Dalam keadaan
yang sangat penuh dan berdesak-desakan, masih saja ada orang yang tidak lepas
dari gadgetnya. Kalau sekedar
mendengarkan musik menurut saya masih sangat wajar, tetapi banyak dari
penumpang commuter line yang malah
main game atau bahkan mengecek media
sosialnya. Saya tidak mempermasalahkan dia bermain game atau mengecek media sosialnya di dalam commuter line tetapi yang jadi permasalahannya adalah mereka
menjadi tidak awas dengan keadaan sekitar sehingga mereka lebih suka bersandar
kepada tubuh orang lain sebagai penopang agar dirinya tidak terjatuh saat
kereta ingin berhenti atau sedang berjalan.
Keadaan commuter line yang sangat penuh ini
membuat kamu menjadi susah untuk bergerak apalagi berjalan untuk keluar dari
dalam gerbong. Terkadang saya suka stuck di
tempat karena saya terhimpit oleh banyak orang. Tetapi, saat kondisi ini sedang terjadi ada beberapa penumpang yang
tiba-tiba menjadi penyelamat. Mereka menjadi penyelamat dengan cara membantu
saya untuk keluar dari dalam gerbong, dimulai dari meneriaki orang-orang agar
memberikan saya jalan untuk keluar hingga berupa dorongan atau tarikan agar
saya dapat keluar dari dalam gerbong. Dapat diakui tenaga saya tidak cukup kuat untuk
menerobos badan orang-orang yang ingin masuk ke gerbong sehingga terkadang saya
membutuhkan tarikan atau dorongan agar saya dapat keluar dari gerbong.
Tidak
selamanya penumpang commuter line
selalu memiliki sifat tidak peduli antara satu dengan yang lain. Masih banyak
dari mereka yang memiliki sifat respect terhadap
sesama. Sifat respect ini ditandai
dengan memberikan kursi kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya, membantu
orang untuk keluar dari dalam gerbong saat keadaan kereta sangat penuh, memberi
jalan atau space bagi orang yang
ingin masuk ke gerbong walaupun keadaannya sangat penuh sesak dan sebagainya.
Andaikan semua penumpang commuter line
memiliki sifat yang seperti ini, saya yakin commuter
line pasti akan lebih nyaman dibandingkan dengan commuter line hari ini.
Commuter line merupakan transportasi
bersama sehingga menurut saya ada baiknya kalau kita tidak terlalu egois atau
mementingkan diri kita sendiri. Coba bayangkan apabila kamu main game di dalam gerbong yang ramai dan
kamu bersender kepada tubuh orang lain, apa yang dirasakan oleh orang tersebut?
Tentu orang tersebut akan merasa sangat tidak nyaman karena harus menopang
beban tubuh dua orang sekaligus. Kenyamanan commuter
line tidak hanya perkara fasilitasnya saja, tetapi juga bagaimana dengan
sikap penumpang-penumpangnya. Maka, agar commuter
line bisa menjadi sarana transportasi yang lebih nyaman lagi ada baiknya
kita memperhatikan diri kita dahulu, apakah perbuatan atau tindakan kita dapat
menimbulkan efek tidak nyaman bagi orang lain? Apabila semua penumpang memiliki
pemikiran yang seperti ini, saya yakin commuter
line akan menjadi sarana yang sangat nyaman bagi kita semua.
EmoticonEmoticon