Senin, 16 Mei 2016

"Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti" dan Teori Sosiologi: Lingkaran Sejarah



"Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti". saya yakin sebagian dari kalian pasti udah ada yang mendengar kalimat ini dan pastinya pula ada yang belum pernah mendengar atau membaca kalimat ini. Bagi kalian yang belum pernah mendengar atau membaca kalimat ini, saya yakin sekali pasti banyak hipotesa-hipotesa atau bahkan pertanyaan-pertanyaan yang mendadak bermunculan di kepala kalian, begitupun dengan saya ketika membaca kalimat ini pertama kali pada akun twitter seorang temen saya. pada saat itu muncul berbagai macam pertanyaan-pertanyaan di kepala saya. "apakah ini sebuah kalimat-kalimat mutiara?", "apakah ini sebuah tebak-tebakan?", "ini kayaknya kalimatnya filosofis banget deh". Setelah saya berkepo-kepo ria menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang saya buat dan ditujukan kepada diri saya sendiri yang jelas-jelas gak tahu apa jawabannya, akhirnya saya mencoba untuk googling maksud dari kalimat tersebut. 

Dan..... hasil google menjelaskan kalau kalimat tersebut merupakan sebuah judul lagu dari band Indie yang bernama Banda Neira. Bagi kalian yang belum tahu tentang Banda Neira, Banda Neira itu adalah sebuah band yang terdiri dari dua orang yaitu Ananda Badudu (Nanda) dan Rara Sekar (Rara). Mereka berdua sama-sama vokalis di band ini dengan tambahan Nanda memainkan gitar dan Rara memainkan xylophone. menurut saya lagu-lagu yang dibawakan Banda Neira cukup menarik. Sederhana namun berisi dan memiliki arti yang penuh makna. Karena judul entri perdana saya adalah "yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dan Teori Sosiologi: Lingkaran Sejarah" maka saya hanya akan membicarakan satu lagu ini saja.

Bagi kalian yang belum pernah mendengarkan lagu ini, saya rekomendasikan untuk mendengarkannya terlebih dahulu sebelum membaca entri saya lebih lanjut. kalian bisa mendengarkannya lewat akun resmi soundcloud-nya Banda Neira: https://soundcloud.com/bandaneira/yang-patah-tumbuh-yang-hilang-berganti

di dalam lagu tersebut ada penggalan lirik yang menurut saya menarik untuk dibahas lebih lanjut, lirik tersebut adalah: “yang patah tumbuh, yang hilang berganti, yang hancur lebur akan terobati, yang sia-sia akan jadi makna, yang terus berulang suatu saat henti, yang pernah jatuh kan berdiri lagi, yang patah tumbuh yang hilang berganti”. Dari lirik ini yang terlintas di kepala adalah satu “bahwa kehidupan ini akan terus berjalan, bergulir terus sehingga suatu saat akan henti namun tentunya hal seperti ini akan dilakukan kembali oleh orang lain atau bahkan dengan saudara kita, anak-anak kita dan sebagainya”. Dari satu fikiran yang melintas di kepala saya ini dapat mengingatkan saya pada sebuah teori sosiologi yang bernama teori lingkaran sejarah. Teori lingkaran sejarah itu apasih? Jadi, teori lingkaran sejarah adalah teori yang melihat sejarah itu adalah proses yang berulang, bukan menurut garis lurus. Jadi perubahan sosial dan juga historis tidak bergerak menurut garis lurus tetapi melingkar. Menurut beberapa ahli seperti Ibnu Khaldun menganggap bahwa tidak ada yang baru di dunia ini. Begitu pula menurut Aristoteles yang beranggapan bahwa sesuatu yang telah ada adalah sesuatu yang akan ada; sesuatu yang telah dilakukan adalah sesuatu yang akan dilakukan dan tidak ada sesuatu yang baru di dunia.

Dari penggalan lirik diatas saya dapat berkesimpulan bahwa kata kerja “patah”, “tumbuh”, “hilang”, “berganti”, “hancur”, “terobati”, “berulang”, “henti”, “jatuh”, “berdiri” dan kata sifat “sia-sia”, “bermakna” merupakan suatu hal yang pernah terjadi sebelumnya di kehidupan orang lain dan terulang kembali di kehidupan orang selain dirinya. Dari lagu ini pun saya dapat belajar bahwa kehidupan merupakan suatu siklus yang pastinya semua orang akan merasakannya, lalu untuk apa mengkhawatirkan sesuatu secara berlebihan? Untuk apa menangisi sesuatu secara berlebihan? Untuk apa menggalaui sesuatu secara berlebihan? Semuanya pasti memiliki siklusnya. Ada saatnya kita berjalan di atas dan tentu ada saatnya kita berjalan di bawah, so that’s life, life is always changing. Face it as good as you can cause you only life once.

5 komentar

"Tuah sakti hamba negeri, esa hilang dua terbilang, patah tumbuh hilang berganti, tak Melayu hilang di bumi." ini sumpah Hang Tuah. akan lebih lengkap kalau carita-astameva.blogspot.co.id menceritakan asal usuk kata-kata yang indah tersebut. terimakasih

Halo... Terima kasih atas sarannya. Sebenernya saya posting entry ini berawal dr kesukaan saya akan lagunya banda neira. Mungkin soon bisa saya bahas tentang asal usul kalimat indah ini. Sekali lagi terimakasih sudah memberikan saran! :)


EmoticonEmoticon