Finally, setelah cuti sebulan dalam tulis-menulis blog, akhirnya
Carita Astameva kembali update. Seperti
biasa Carita Astameva akan meng-update
dua artikel setiap minggunya. Tetapi kemungkinan akan ada perubahan hari dalam
meng-update atau mem-publish artikel dikarenakan jadwal
kuliah yang baru. Sebelumnya juga, kedua author
Carita Astameva ingin mengucapkan minal
aidzin wal faidzin, mohon maaf apabila ada beberapa kata-kata bahkan
kalimat-kalimat dari artikel Carita Astameva yang pernah menyinggung
teman-teman sekalian.
Beberapa minggu yang lalu setelah
lebaran, saya pergi ke rumah nenek dan kakek saya di daerah Kabupaten Sukabumi,
persisnya yaitu di Palabuhan Ratu. Jika kamu mendengar kata Palabuhan Ratu
pasti yang terlintas di kepala kamu tidak lebih dan tidak kurang adalah pantai
selatannya yang penuh akan misteri dari Nyai Roro Kidul. Pada artikel ini saya
tidak akan membicarakan tentang kemistisan dari Nyai Roro Kidul atau pun mitos
tentang memakai baju warna hijau saat pergi ke pantai Palabuhan Ratu, tetapi saya akan membicarakan
tentang pantai Palabuhan Ratu itu sendiri.
Pantai Palabuhan Ratu selain terkenal
akan kemistisannya, terkenal juga akan ombaknya yang besar dan asik untuk
dijelajahi bagi para peselancar handal. Seperti artis sekaligus perselancar
terkenal Fathir pun sering sekali mendatangi pantai ini untuk menjelajahi
ombaknya. Tak hanya bagi para peselancar handal saja, masyarakat setempat
bahkan masyarakat dari luar kota Palabuhan Ratu pun suka sekali pergi ke pantai
ini meskipun hanya untuk berekreasi. Akan tetapi banyaknya pendatang malah
membawa dampak negatif salah satunya adalah sampah. Jika kamu sering browsing
atau pengguna internet aktif pasti kamu pernah melihat sebuah meme yang sifatnya sarkas. Dari meme tersebut diceritakan bahwa footprints atau jejak-jejak dari
manusia adalah sampah. Meme
ini tidak hanya bersifat sarkas namun juga menjelaskan sebuah fakta bahwa
banyak manusia yang tidak peduli dengan alam sekitarnya sehingga dengan
kedatangan manusia pada suatu tempat akan ditandai dengan adanya sampah.
Apabila saya melihat kondisi
pantai Palabuhan Ratu setiap tahunnya pasti sampah di pantai tidak pernah
terkelola dengan baik, ada saja sampah yang berserakan di mana-mana.
Sampah-sampah tersebut dapat berupa
plastik makanan dan minuman kemasan, stereoform dari makanan atau mie instan,
batok dan serabut kelapa dan sebagainya. Bahkan lucunya, ketika saya sedang
berenang bersama adik sepupu saya yang baru berusia 10 tahun, tiba-tiba adik
saya teriak memanggil dan seketika itu ia memberitahu saya “kak Beby aya cangcut tah di dinga, ih geleuh”
(kak beby ada celana dalam tuh disitu, ih jijik). Jelas-jelas saya kaget, masa
iya ada celana dalam mengapung di laut? Lebih tepatnya sih saya hanya memikirkan betapa malangnya si pemilik celana dalam
yang hanyut ini, entah bagaimana ia akan mengganti pakaian dalamnya setelah
berenang di laut. Ketika saya lihat memang benda tersebut berwarna krem,
bentuknya kecil dan seperti terbuat dari bahan namun saya tidak tahu itu bahan
apa. Sepintas memang seperti celana dalam tetapi nyatanya itu adalah karung
yang sudah terobek-robek dan tidak berbentuk. Kemungkinan karung tersebut
dibuang oleh nelayan dan tercabik-cabik oleh ombak dan batu karang yang
akhirnya terbawa sampai ke bibir pantai.
Seharusnya warga setempat
terutama bagi mereka yang berjualan mulai sadar akan kondisi pantai yang semakin
kotor. Apabila pantai menjadi lebih kotor maka dampaknya pun akan menimpa
mereka juga, tidak akan ada lagi orang yang mau mengunjungi pantai Palabuhan
Ratu dan tentunya dagangan mereka menjadi tidak laku. Kotornya laut pun akan
memberikan dampak negatif untuk para nelayan setempat, ikan tidak akan mau
tinggal di habitat yang kotor dan hal tersebut akan mengurangi hasil
penangkapan dari para nelayan. Ada baiknya, para pedagang, nelayan dan
pemerintah setempat mulai menyediakan tempat sampah setiap beberapa meter di
pantai. Tak perlu lah tempat yang bagus dan mahal cukuplah dengan tong-tong
bekas minyak atau stereoform bekas
tempat ikan-ikan yang dijual di pelelangan ikan dekat pantai. Pengunjung pantai
pun harus mau bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan,
janganlah membuang sampah makanan atau sampah dalam bentuk apapun di pantai.
Pantai yang bersih pun akan memberikan kenyamanan yang lebih bagi para
pengunjungnya. Bayangkan saja ketika berenang di laut tiba-tiba ada suatu benda
yang bergerak terbawa ombak menggelitiki kaki-kaki kita, pastinya tidak akan
nyaman kan?
Tujuan dari artikel ini tidak
hanya untuk mengajak kamu menjaga kebersihan pantai Palabuhan Ratu atau menjaga
kebersihan pantai saja, tetapi tujuan dari artikel ini untuk mengingatkan bahwa
apabila bumi dan alam tidak kita jaga dan tidak kita sayangi maka siapa lagi
yang akan menjaga dan menyayangi bumi ini? bumi beserta alamnya adalah sahabat
bagi para manusia, apabila bumi beserta alamnya tidak dijaga maka suatu saat
bumi akan “murka” dan tentunya akan “menghukum” manusia. Tangkapan ikan yang
semakin menyusut dikarenakan laut yang kotor merupakan salah satu dari
“kemurkaan” alam dan “hukuman” sekaligus pengingat bagi manusia untuk terus
menjaga alam. Maka dari itu, mulai dari sekarang dan mulai dari kesadaran diri
sendiri dahulu mari kita jaga dan sayangi bumi beserta alamnya.
EmoticonEmoticon