Selasa, 02 Agustus 2016

Sayangi Bumi


Finally, setelah cuti sebulan dalam tulis-menulis blog, akhirnya Carita Astameva kembali update. Seperti biasa Carita Astameva akan meng-update dua artikel setiap minggunya. Tetapi kemungkinan akan ada perubahan hari dalam meng-update atau mem-publish artikel dikarenakan jadwal kuliah yang baru. Sebelumnya juga, kedua author Carita Astameva ingin mengucapkan minal aidzin wal faidzin, mohon maaf apabila ada beberapa kata-kata bahkan kalimat-kalimat dari artikel Carita Astameva yang pernah menyinggung teman-teman sekalian.

Beberapa minggu yang lalu setelah lebaran, saya pergi ke rumah nenek dan kakek saya di daerah Kabupaten Sukabumi, persisnya yaitu di Palabuhan Ratu. Jika kamu mendengar kata Palabuhan Ratu pasti yang terlintas di kepala kamu tidak lebih dan tidak kurang adalah pantai selatannya yang penuh akan misteri dari Nyai Roro Kidul. Pada artikel ini saya tidak akan membicarakan tentang kemistisan dari Nyai Roro Kidul atau pun mitos tentang memakai baju warna hijau saat pergi ke pantai  Palabuhan Ratu, tetapi saya akan membicarakan tentang pantai Palabuhan Ratu itu sendiri.

Pantai Palabuhan Ratu selain terkenal akan kemistisannya, terkenal juga akan ombaknya yang besar dan asik untuk dijelajahi bagi para peselancar handal. Seperti artis sekaligus perselancar terkenal Fathir pun sering sekali mendatangi pantai ini untuk menjelajahi ombaknya. Tak hanya bagi para peselancar handal saja, masyarakat setempat bahkan masyarakat dari luar kota Palabuhan Ratu pun suka sekali pergi ke pantai ini meskipun hanya untuk berekreasi. Akan tetapi banyaknya pendatang malah membawa dampak negatif salah satunya adalah sampah. Jika kamu sering browsing atau pengguna internet aktif pasti kamu pernah melihat sebuah meme yang sifatnya sarkas. Dari meme tersebut diceritakan bahwa footprints atau jejak-jejak  dari  manusia adalah sampah. Meme ini tidak hanya bersifat sarkas namun juga menjelaskan sebuah fakta bahwa banyak manusia yang tidak peduli dengan alam sekitarnya sehingga dengan kedatangan manusia pada suatu tempat akan ditandai dengan adanya sampah.

Apabila saya melihat kondisi pantai Palabuhan Ratu setiap tahunnya pasti sampah di pantai tidak pernah terkelola dengan baik, ada saja sampah yang berserakan di mana-mana. Sampah-sampah tersebut dapat  berupa plastik makanan dan minuman kemasan, stereoform dari makanan atau mie instan, batok dan serabut kelapa dan sebagainya. Bahkan lucunya, ketika saya sedang berenang bersama adik sepupu saya yang baru berusia 10 tahun, tiba-tiba adik saya teriak memanggil dan seketika itu ia memberitahu saya “kak Beby aya cangcut tah di dinga, ih geleuh” (kak beby ada celana dalam tuh disitu, ih jijik). Jelas-jelas saya kaget, masa iya ada celana dalam mengapung di laut? Lebih tepatnya sih saya hanya memikirkan betapa malangnya si pemilik celana dalam yang hanyut ini, entah bagaimana ia akan mengganti pakaian dalamnya setelah berenang di laut. Ketika saya lihat memang benda tersebut berwarna krem, bentuknya kecil dan seperti terbuat dari bahan namun saya tidak tahu itu bahan apa. Sepintas memang seperti celana dalam tetapi nyatanya itu adalah karung yang sudah terobek-robek dan tidak berbentuk. Kemungkinan karung tersebut dibuang oleh nelayan dan tercabik-cabik oleh ombak dan batu karang yang akhirnya terbawa sampai ke bibir pantai.

Seharusnya warga setempat terutama bagi mereka yang berjualan mulai sadar akan kondisi pantai yang semakin kotor. Apabila pantai menjadi lebih kotor maka dampaknya pun akan menimpa mereka juga, tidak akan ada lagi orang yang mau mengunjungi pantai Palabuhan Ratu dan tentunya dagangan mereka menjadi tidak laku. Kotornya laut pun akan memberikan dampak negatif untuk para nelayan setempat, ikan tidak akan mau tinggal di habitat yang kotor dan hal tersebut akan mengurangi hasil penangkapan dari para nelayan. Ada baiknya, para pedagang, nelayan dan pemerintah setempat mulai menyediakan tempat sampah setiap beberapa meter di pantai. Tak perlu lah tempat yang bagus dan mahal cukuplah dengan tong-tong bekas minyak atau stereoform bekas tempat ikan-ikan yang dijual di pelelangan ikan dekat pantai. Pengunjung pantai pun harus mau bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan, janganlah membuang sampah makanan atau sampah dalam bentuk apapun di pantai. Pantai yang bersih pun akan memberikan kenyamanan yang lebih bagi para pengunjungnya. Bayangkan saja ketika berenang di laut tiba-tiba ada suatu benda yang bergerak terbawa ombak menggelitiki kaki-kaki kita, pastinya tidak akan nyaman kan?


Tujuan dari artikel ini tidak hanya untuk mengajak kamu menjaga kebersihan pantai Palabuhan Ratu atau menjaga kebersihan pantai saja, tetapi tujuan dari artikel ini untuk mengingatkan bahwa apabila bumi dan alam tidak kita jaga dan tidak kita sayangi maka siapa lagi yang akan menjaga dan menyayangi bumi ini? bumi beserta alamnya adalah sahabat bagi para manusia, apabila bumi beserta alamnya tidak dijaga maka suatu saat bumi akan “murka” dan tentunya akan “menghukum” manusia. Tangkapan ikan yang semakin menyusut dikarenakan laut yang kotor merupakan salah satu dari “kemurkaan” alam dan “hukuman” sekaligus pengingat bagi manusia untuk terus menjaga alam. Maka dari itu, mulai dari sekarang dan mulai dari kesadaran diri sendiri dahulu mari kita jaga dan sayangi bumi beserta alamnya.


EmoticonEmoticon