Sudah lebih dari satu tahun saya tidak menulis artikel apapun sehingga pada akhirnya blog ini terlantarkan selama lebih dari satu tahun pula (maafkan perbuatan yang tidak bertanggungjawab ini! hehe :’)). Tapi penelantaran blog ini bukan berarti tanpa sebab, beberapa bulan ini (yak, 12 bulan lebih) saya sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai tugas kampus seperti tugas-tugas harian, KKN, laporan KKN-nya dan pada saat ini saya sedang dalam proses pembuatan skripsi. Ngomongin tentang skripsi, menurut beberapa dosen terutama dosen laki-laki, tema skripsi yang saya buat pada saat ini tergolongkan tema yang “ngeri-ngeri sedap” unit analisisnya. Lah emang kenapa gitu? Yak, saya memilih Model Seksi untuk menjadi unit analisis dalam skripsi saya.
“Ha? Model seksi? kenapa harus model seksi?”, Well, banyak orang yang menanyakan pertanyaan seperti itu ketika
saya menjelaskan secara sepintas tentang tema skripsi yang sedang digarap saat
ini. Jujur saja, dulu saya tertarik untuk memilih model seksi sebagai unit
analisis karena saya penasaran kenapa sih,
kok mereka mau foto dengan
menggunakan pakaian serba minim dan bahkan telanjang? Apa gak malu? Dan ketika
saya tanyakan kepada beberapa teman sesama jurusan, jawaban mereka pun tak
terlepas dari tanggapan-tanggapan negatif seperti “mungkin mereka gak punya skills lain, Beb”, “mungkin mereka mau cari duit yang cepet, Beb” dan sebagainya.
Ketika saya tanyakan
kepada teman-teman saya yang tidak sejurusan tentang pendapat mereka terhadap
model seksi, mereka pun memberikan tanggapan yang cukup negatif seperti tidah
tahu malu, nyari duit cepet, wanita yang dekat dengan “aktivitas malam” dan
berderet tanggapan-tanggapan negatif lainnya. Saat saya coba untuk memasukkan
kata kunci “model seksi” di mesin pencari pun hasil yang ditemukan adalah
seputar berita miring tentang mereka seperti penggunaan narkoba, prostitusi,
wanita simpanan dan sebagainya. Selain itu, saya mencoba mencari tahu tema
penelitian apa saja yang berhubungan dengan model seksi dan hasil yang keluar
pun tidak jauh dari anggapan bahwa model seksi menggunakan tubuhnya sebagai
objek dan komoditas atau yang biasa disebut objektivikasi dan komodifikasi
tubuh. Karena tanggapan-tanggapan masyarakat dan hasil penemuan dari internet
itu lah yang akhirnya men-trigger
saya untuk mengenal dan mengetahui mereka lebih jauh.
Jujur lagi, pertama
kali bertemu dengan model seksi, yang ada di kepala saya kebanyakan berupa
stigma yang terbangun di masyarakat, insecurities
dan 1001 pikiran negatif-negatif lainnya, well, menurut saya hal tersebut
sangatlah wajar karena saya akan bertemu dengan seseorang yang jelas-jelas
berbeda latar belakang, identitas, pola pikir dan bahkan nilai yang dianut. Akan
tetapi ketika saya berjumpa dengan mereka hal yang saya takutkan luruh
seluruh-luruhnya tanpa meninggalkan jejak. Yak! Mereka baik, enak diajak
ngobrol berjam-jam, easy going dan apa
yang saya takutkan justru malah tidak muncul. Bahkan menurut saya, setelah
berbincang-bincang kesana-kemari dengan mereka, saya malah beranggapan bahwa
apa yang dipikirkan oleh orang-orang selama ini hanya merupakan pemikiran
secara general karena mereka menilai
para model seksi berdasarkan nilai yang dianut dan tidak pernah berbincang
langsung. Dan tahu kah kamu? Sesungguhnya ada banyak hal yang bisa kita
pelajari dari mereka loh tentang kehidupan ini, seperti:
1. Good Attitude
Ketika saya
berbincang-bincang dengan mereka, ada satu pertanyaan yang selalu saya tanyakan
kepada mereka, pertanyaan tersebut adalah “hal apa yang selalu kalian utamakan?”
dan mereka menjawab kalau mereka mengutamakan good attitude dengan siapapun tanpa pandang bulu. Mereka akan
menjaga attitude mereka dengan rekan
kerja seperti on time ketika punya
janji untuk bertemu dan bahkan mereka pun tetap menjaga attitude-nya walaupun kepada orang yang tidak mereka kenal di media
sosial. Sering sekali mereka mendapatkan komentar seperti body shaming hingga pelecehan seksual dari orang yang tidak mereka kenal.
Jika saya adalah mereka mungkin saya pribadi akan balas komentarnya dengan
komentar yang tidak kalah pedas, akan tetapi mereka mengaku lebih memilih
untuk mendiaminya atau membalas dengan
kata-kata yang sopan. “kita sopan anda
segan” begitu lah prinsip yang mereka anut selama ini.
Balik lagi ke diri kita
masing-masing. Well, good attitude
gak selamanya selalu berhubungan dengan orang-orang besar atau pekerjaan hebat.
Good attitude pun harus kita jaga
walau hanya dalam hubungan personal dan yang paling sederhana. Misalnya seperti
ketika meminta bantuan seseorang cobalah gunakan kata “tolong” dan bicarakan
dengan sopan. Ucapkan juga “terima kasih” ketika ada seseorang yang telah
melakukan sesuatu untuk kita, mengapa? Karena hal sesimpel itu pun merupakan
suatu apresiasi atas tenaga bantuan dari orang lain. Lalu ucapkan “maaf”
apabila memang menyakiti perasaan orang lain atau berbuat kesalahan, bukannya
malah “ih masa gitu aja baper”. Sesungguhnya,
apabila kita mengusahakan untuk membiasakan diri dengan good attitude dari hal terkecil pun, someday kita akan terbiasa dengan good attitude dalam urusan yang besar. Mari kita coba bersama untuk
mengadopsi prinsip para model seksi ini di dalam kehidupan tersimpel dan
terpersonal kita. Sesungguhnya, good
attitude is a matter thing than everything. A good attitude won’t hurt you or make you looks bad but it will make
you looks greater.
2.
Profesional
Yes!
They are so professional. Kenapa? Karena
sebagian besar model seksi yang saya tanyakan “mengapa mau foto seksi bahkan telanjang” mereka selalu menjawab “ya karna saya passion dalam hal modelling dan
saya mau totalitas dalam hal tersebut”. Well, don’t look at it with all your
values, just see it in a positive way. Ya, mungkin bagi beberapa orang ada
yang menjawab “ih totalitas sih totalitas
tapi gak gitu juga kali” ya coba kita sisihkan dulu nilai-nilai yang kita
pegang teguh dan coba ambil positifnya.
Coba kita tarik hal
tersebut ke kehidupan kita (terutama saya) sebagai pelajar. Sebagai pelajar pun
kita harus profesional loh dalam mengerjakan apapun terutama tugas-tugas kita. Some of people rather to choose cheating, plagiarism and so on when they are doing
their assignments. Ya seharusnya kita pun sebagai pelajar harus mencoba “bekerja”
profesional. Walaupun tugas-tugasnya sulit, menumpuk dan sebagainya kenapa gak
kita mencoba untuk mengerjakannya sesuai dengan kriteria yang diberi dosen dan
sesuai dengan kemampuan kita tanpa menyontek? Urusan nilai, ya kita serahkan ke
dosen yang terpenting adalah totalitas dulu dalam mengerjakan tugas sesuai
dengan kemampuan kita. Dosen pun pasti mengerti jerih payah dan kemampuan kita.
3.
Gak Baperan
Coba bayangin, banyak
orang yang gak dikenal komentar apa saja di akun media sosial para model seksi,
mulai dari pujian, nanyain tips hingga ke hal-hal yang menurut saya ekstrim
seperti body shaming, cyberbullying dan bahkan pelecehan
seksual. Kalau saya jadi mereka mungkin saya sudah tutup akun, nangis dan tidak
akan pernah muncul kepermukaan lagi. Tapi berbeda dengan mereka. Ketika ditanyai
apa yang mereka rasakan, well, mereka
menjawab sebagai manusia memang sakit melihat ketika ada seseorang yang
mengomentarinya dengan hal-hal negatif akan tetapi mereka menganggap bahwa hal
tersebut merupakan evaluasi bagi diri mereka dan mereka terima sebagai
pembelajaran dan sebagai resiko yang harus mereka hadapi.
Mungkin, banyak dari
kita yang masih suka baperan (begitupun dengan saya), misalnya ketika dikritik
dosen tentang tugas tiba-tiba mood langsung
down dan malas mengerjakan tugasnya. Atau
misalnya ketika kita diberikan tugas di kantor dan kita sudah mengerjakannya
sungguh-sungguh tiba-tiba minta diulang lagi sama atasan karena ada suatu
kesalahan dan akhirnya baper sehingga mengerjakan tugas tersebut dengan
bersungut-sungut. Well, sesungguhnya
baper itu sangatlah wajar, ya namanya manusia pasti pernah merasakannya, kan? Tapi
jangan jadikan rasa baper itu sebagai penghalang bagi kesuksesan kita. Sesungguhnya,
hal-hal yang membuat kita baper malah merupakan hal-hal yang bisa kita pelajari
dan sebagai tempaan untuk diri kita supaya lebih kuat lagi di masa yang akan
datang.
4.
Berani jadi Diri Sendiri
Mereka yang menjadi
model seksi selalu menjawab bahwa hal tersebut adalah passion mereka dan mereka pun menggolongkan diri mereka sebagai
model seksi sehingga apapun kegiatan yang berhubungan dengan modelling yang bertemakan seksi pasti
akan mereka tunjukkan. Yes! They show up
their identity! Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai model seksi.
Mari kita coba tarik ini ke kehidupan kita yang sangat sederhana. Mereka saja
yang mungkin banyak sekali menerima perundungan dan sebagainya masih berani kok
menunjukkan identitasnya sebagai model seksi, lantas kenapa kita harus menjadi
pribadi yang bukan kita banget agar match
dengan keadaan sosial yang ada? Selama dirimu tidak mengganggu orang lain, why don’t you be yourself? The best thing
that you can do is being yourself.
5. Proud of yourself
Yap, ketika seseorang
memamerkan identitasnya dimuka umum tandanya orang tersebut pastinya bangga
akan identitasnya dan juga dirinya. Model seksi menunjukkan foto-fotonya dengan
menggunakan pakaian serba minim dan juga kadang tak menggunakan pakaian apapun,
hal tersebut merupakan tanda bahwa mereka bangga dan percaya akan dirinya dan
tentu dengan skills modelling yang
mereka miliki (sungguh, ketika ada orang yang bilang model seksi gak punya skills, you better read a book or watch some movies or anything about modelling.
Pegel bre harus bergaya untuk
menunjukkan curve tubuh dan susah
juga untuk punya mood yang pas dengan
konsep seksi. Saya gak pernah nyoba sih, tapi ya saya stiff anaknya, foto di studio aja udahannya keringetan dan lelah
naudzubillah rasanya dan I know it will
be super difficult to do so!).
Tarik lagi ke kehidupan
kita, terkadang kita hanya menganggap kalau diri kita selalu kalah apabila
dibandingkan dengan orang lain. Anggaplah pasti kita pernah punya perasaan “wah dia hebat ya, apalah gue? Cuma res-resan
rengginang”. Well, trust me, res-resan
rengginang itu enak. Coba deh kamu makan rengginang, pasti banyak dari kamu
yang mengadahkan tangannya dekat mulut agar res-resan rengginang gak jatuh
kemana-mana sehingga nanti bisa dimakan lagi, ya kan? Setiap orang pastinya
punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sayangnya saja kebanyakan
orang terlalu fokus kepada kekurangan diri sendiri sehingga lupa dengan
kelebihannya. Lack of self-confident will
be a big obstacle for you to reach your goals, just be proud of yourself.
Saya pun membuat
artikel ini bukan berarti saya adalah orang yang sempurna atas kelima hal
diatas. Jujur, saya pun masih harus banyak belajar untuk semua hal dan tentu
tulisan ini menjadi suatu cara untuk “noted
to myself”. At the end, gak semua
orang hitam dan gak semua orang putih. Manusia adalah makhluk yang abu-abu
karena terdiri dari perpaduan dua warna yaitu hitam dan putih. Gak semua yang
kita anggap salah adalah salah dan gak semua yang kita anggap benar adalah
benar dalam urusan duniawi ini. Cobalah kita kesampingkan segala stigma dan
nilai terlebih dahulu agar dapat melihat sisi positif dari suatu hal. Keep spreading positive vibes and have a
good day!