Rabu, 26 September 2018

When Life Gives You Lemons


Source: Pinterest.com

Sometimes life gives you lemons and asking you to play a rollercoaster in a new theme park with it. Sometimes you go up and sometimes you go extremely down. Pernah gak sih kamu berada disuatu posisi yang menurut kamu sangat melelahkan dan memuakkan? Pernah gak sih kamu tidak mendapatkan apa yang kamu harapkan? Pernah gak sih kamu mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang telah kamu rencanakan? Yap, menurut saya semua orang pasti telah mengalami hal-hal yang tidak sesuai dengan apa keinginannya meskipun hal-hal yang terjadi pasti berbeda-beda. Mungkin ada seseorang di luar sana yang sedang kecewa pada dirinya karena belum berhasil menjadi mahasiswa di universitas yang ia dambakan atau mungkin ada seseorang di luar sana yang belum juga mendapatkan pekerjaan impiannya. Yes, every person will have lemons in their lives.

Kita tidak pernah tahu kapan kehidupan akan memberikan kita “lemon”, setelah kita mendapatkan lemon pasti kita serasa akan diajak untuk menaiki sebuah rollercoaster di taman hiburan baru yang belum pernah kita datangi sebelumnya. Semuanya sangat baru sehingga kita tidak tahu bagaimana trek dari rollercoaster tersebut. terkadang kita naik dan terkadang kita turun. Yes, we never know kapan kita akan merasakan asamnya kehidupan tapi sudah sangat jelas ketika kita mendapatkan rasa asamnya pasti kita akan merasakan sebuah perjalanan yang naik turun. Maksud dari paragraf ini adalah terkadang kita akan mendapatkan sebuah masalah, hal yang memuakkan, hal yang tidak sesuai dengan rencana dan keinginan kita atau mungkin konflik-konflik dalam kehidupan, hal ini lah yang saya sebut sebagai “lemon” yang rasanya “asam” yang selalu muncul dalam kehidupan kita. Setelah kita merasakan berbagai macam hal yang “asam” tersebut pasti kita akan merasakan perjalanan yang berisi struggle kita untuk menghilangkan or dealing with those lemons in our lives. Terkadang kita menemukan momen yang dapat membuat kita senang dan bahagia akan tetapi terkadang kita menemukan suatu momen yang dapat membuat kita benar-benar sedih, kecewa dan sebagainya. That’s why I called it ups and downs, and it’s unpredictable.

Biasanya ketika kita mengalami hal-hal yang asam seperti ini, lalu apa yang kita lakukan? Some people will deal and face it but some people will be very disappointed, angry or even worse, blaming on god about this situation. Pasti pernah denger lah ya ada beberapa teman yang suka curhat tentang kekesalan atau kekecewaan mereka akan sesuatu terus sampe bilang “ih gue tuh kesel deh kenapa gue gabisa…… kenapa Tuhan gak adil sama gue….” Atau mungkin ada teman yang curhat “Duh gue tuh pengennya gue dapetin….. tapi kenapa sih malah jadi gini ceritanya…. Udahlah ngapain gue usaha kejar apa keinginan gue kalo ujung-ujungnya kecewa”. Saya jadi teringat salah satu teman saya yang baru saja saya kenal dari aktivitas tes kerja di suatu perusahaan yang sama-sama kita incar, ia curhat tentang kecewaaannya karena tidak diterima di perusahaan tersebut, ia berkata “duh gue kesel deh, gue udah kuliah cepet-cepet dan lulus dengan maksud untuk dapet kerjaan duluan terus sekarang malah gini ya. Ngapain punya IPK tinggi juga ya kalo gitu”.

Saya rasa, kecewa terhadap sesuatu yang gak sesuai dengan ekspektasi, rencana dan sebagainya merupakan suatu hal yang wajar. Perasaan-perasaan tersebut sangatlah manusiawi. Saya pun terkadang suka merasa kecewa karena suatu hal, misalnya dalam beberapa waktu ini saya sering sekali kecewa dengan penolakan-penolakan yang diberikan oleh beberapa instansi atau perusahaan yang saya lamar. Saya sudah melakukan wawancara dan tes psikotes namun sampai sekarang belum mendapatkan hasil yang saya harapkan sama sekali. Hingga saya sampai pada di satu titik bahwa saya merasa bodoh dan tidak bisa melakukan apa-apa. Tetapi, untung saja masa down tersebut tidak berlangsung lama.

Rasa kecewa pada masa down saya dapat teratasi dikarenakan oleh salah satu sahabat saya. Saya berterima kasih kepada salah satu sahabat saya yang mengajak saya ke tempat penelitian skripsinya. Ia mengajak saya ke tempat panti rehabilitasi di daerah Tangerang Selatan. Di tempat tersebut saya bertemu dan bercengkrama dengan beberapa mantan pecandu narkoba. Kebetulan, saya datang pada saat mereka sedang melakukan sesi sharing tentang kesabaran. Ada salah satu mantan pecandu narkoba yang berkata bahwa “sabar itu ketika kita harus menerima suatu kondisi tertentu. Ketika kita menginginkan sesuatu akan tetapi kita tidak bisa mendapatkannya segera ya kita harus bersabar, tidak boleh kecewa dan harus terus berusaha. Lagipula, kita bukan “tidak bisa mendapatkannya” akan tetapi “BELUM siap mendapatkannya” atau memang ”BELUM saatnya” sehingga kita harus lebih berusaha dan bersabar”. Ketika saya mendengarkan sesi sharing tersebut, entah rasanya seketika saya ingin menangis. Apa yang dikatakannya sangat menampar dan menohok hati, bukan karena perkataannya menyakiti hati saya tetapi apa yang ia katakan merupakan suatu hal yang benar dan tentunya menyadarkan saya untuk terus bersabar ketika kehidupan tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan.

Terkadang kita juga sering menyalahkan Sang Pembuat Skenario Hidup, akan tetapi tahu kah kamu? Tuhan adalah sutradara terbaik. Ketika kita mendapatkan “lemon” atau ups and downs pastinya Tuhan punya suatu amanat yang dapat kita pelajari. Kita dapat belajar bersabar, belajar untuk memantaskan diri, belajar untuk lebih tegar bahkan belajar hal-hal yang mungkin menurut kita sepele namun ternyata sangatlah penting. So, don’t be so disappointed, sad, angry and so on when something bad is happening in our lives, just be grateful that we have one moment to learn about our lives. Have a good day!  


Read More

Minggu, 16 September 2018

Don't Waste Your "Mahasiswa/i" Status


Bulan Agustus hingga September biasanya menjadi bulan yang membahagiakan bagi para anak-anak SMA dan sederajat yang baru saja berubah statusnya dari siswa/i menjadi MAHAsiswa/i. YAY! Saya ucapkan selamat bagi kalian yang sekarang sudah berstatus Mahasiswa Baru dari berbagai universitas! Bagaimana perasaannya sekarang? Lega kah setelah menjalani berbagai tes mulai dari Ujian Nasional, Ujian Praktek, SBMPTN dan bahkan Ujian Mandiri? Apakah universitas yang sekarang menjadi almamater-mu merupakan universitas yang kamu damba-dambakan? Apakah jurusan yang kamu pilih merupakan jurusan yang kamu impi-impikan? Semoga apa yang kamu jalankan menjadi suatu yang tepat ya!

Anyway, jaman MABA saya kalau dihitung-hitung sudah 4 tahun yang lalu (iya saya udah tua :”)) dan saya ingat sekali pada jaman itu saya pun melalui beberapa fase, dimulai dari fase jahiliyah sampai ke fase yang dimana saya sudah mengerti “how to play” dalam dunia kuliah. Pada fase jahiliyah, saya masih berpikir bahwa organisasi itu tidak penting, takut untuk mencoba hal baru di dunia perkuliahan, hanya ingin belajar saja, mencari jati diri dengan mengikuti orang lain dan seribu satu hal-hal aneh lainnya. Setelah melalui fase-fase tersebut dan sekarang sudah lulus dan menjadi seorang jobseeker (ogah menyebut diri pengangguran, lol) saya menemukan hal-hal yang jangan sampai dilewatkan pada saat masih menyandang status mahasiswa/i. Bagi kamu yang masih kuliah, baru MABA atau bahkan masih sekolah, better you check this out!

1. Magang/Internship

“Beb, kenapa sih kok magang dijadiin poin pertama?” Yes, because this is the most important thing you should do while you are still college student. Seperti yang kita ketahui kalau liburan anak kuliahan tuh super duper lama dan bahkan bisa bikin sampai lupa sama rute ke kampus sendiri saking lamanya (lebay Beb). Biasanya setiap semester kurang lebih diberi waktu libur sekitar satu bulan hingga tiga bulan. Daripada diem-diem cantik di rumah, saran saya better you find new experiences dengan cara ikut magang. Walaupun tidak dibayar akan tetapi dari magang tersebut kamu dapat belajar hal-hal baru yang tentunya tidak akan kamu temui di dunia perkuliahan apalagi dunia sekolah.


2. Ikut Organisasi

Gue males ah ikut organisasi-organisasian. Mending gue kuliah terus dapet IPK tinggi” –Beby, 4 tahun yang lalu.

Sampe jaman sekarang juga saya gak paham kenapa dulu sempet mikir kayak gitu, makanya saya sebut masa itu sebagai masa jahiliyah karena pada saat itu, saya adalah seorang pengejar IPK banget hingga pada suatu saat saya merasa ingin bergabung dengan salah satu organisasi dan pada akhirnya merasakan dampak positif dari organisasi tersebut. Yes, I recommend you to join any organizations on your campus. Why? Karena dari organisasi kamu akan belajar tentang working in a team, kejar target, bikin program, belajar multi-tasking karena kamu akan mengerjakan dua tugas sekaligus (tugas kuliah dan organisasi) dan lagi-lagi kamu tidak akan menemukan hal-hal yang akan kamu pelajari di organisasi ini dalam bangku kuliah.


3. Be an Avid Learner

Apa sih avid learner itu? Avid memiliki sinonim yaitu “eager” atau “enthusiastic” jadi dapat dikatakan bahwa avid itu sendiri memilikim artian sangat menyukai atau sangat menginginkan akan sesuatu. Karena ada tambahan kata “learner” pada frasa ini, akhirnya avid learner memiliki artian yaitu you like to learn anything as much as you can. Yap, kamu harus menjadi seseorang yang suka sekali belajar. Meskipun kamu anak ekonomi apa salahnya kamu untuk belajar tentang desain grafis atau meskipun kamu anak hukum gak ada salahnya juga untuk belajar tentang public speaking. Biasanya, kalau masih mahasiswa banyak sekali kursus-kursus gratis atau diskonan. Jangan hanya senang melihat diskonan atau gratisan yang ada di mall-mall saja akan tetapi, kami juga harus senang dan memanfaatkan diskonan yang diberikan oleh pihak kampus untuk belajar hal-hal baru. Memang terkadang kita berpikir bahwa kita tidak perlu untuk belajar desain grafis, content creative, business thingy atau bahkan writing karena hal tersebut mungkin tidak sesuai dengan jurusan kita akan tetapi someday hal-hal tersebut akan kamu butuhkan untuk di jenjang-jenjang berikutnya.


4. BELAJAR BAHASA INGGRIS!

YAK! RASANYA PENGEN NULIS BAGIAN INI PAKE CAPSLOCK AJA BOLEH GAK? Tapi nanti dikira nge-gas lagi ya hehe. Enggak, enggak. Saya gak nge-gas hanya saja menurut saya hal ini merupakan hal terpenting juga. Saya sering sekali mendapatkan chat dari beberapa teman yang nanya “Beb gimana sih bisa ngomong bahasa Inggris? Soalnya gue mau wawancara kerja tapi pake bahasa Inggris”. Seriously, skill bahasa Inggris acakadul yang saya miliki sekarang ini sesungguhnya telah saya pelajari dari jaman SD (parah kan? Yang acakadul aja dari jaman SD loh belajarnya), so it means learn English (or even others languages) are not instant kayak bikin mi goreng (mi goreng aja direbus dulu). Nah, at least, sebelum lulus dan mencari pekerjaan better kamu mulai belajar bahasa Inggris kembali. Manfaatkan diskonan-diskonan atau bahkan manfaatkan aplikasi-aplikasi yang ada. Ajak juga teman-temanmu untuk menjadi partner dalam mempraktekkan conversation.


5. Jadi Volunteer

Yap! Ikut menjadi sukarelawan dalam berbagai program itu penting! Dari pengalaman pribadi, menjadi sukarelawan akan membantu diri untuk bertemu orang baru dari latar belakang pendidikan, kampus dan bahkan umur yang berbeda-beda. Karena hal tersebut kamu akan belajar culture baru, cara berpikir yang baru dan juga jaringan baru. Dengan menjadi volunteer pun akan menambah softskills-mu loh!


6. Kejar IPK

The last but not least, IPK juga penting. Kuliah tanpa organisasi akan kurang rasanya dan kuliah hanya melulu organisasi ya sama saja kamu melupakan esensi dari kuliah itu sendiri. Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa IPK itu tidak penting tapi pada nyatanya, IPK menjadi syarat administratif dalam melamar kerja. Bayangkan saja jika IPK mu tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan, pastinya akan sulit mencari pekerjaan, bukan? Bahkan yang memiliki IPK yang cukup tinggi, percayalah, mereka pun struggling untuk mendapatkan pekerjaan.

Jika kamu masih mahasiswa atau bahkan baru memulai masa-masa kuliah, bersyukurlah! Waktumu masih banyak untuk mempelajari dan mencoba hal-hal baru. Saya menulis hal-hal tersebut based on my experiences. Ada beberapa hal yang saya syukuri karena telah saya lakukan dan ada juga beberapa hal yang saya sayangkan karena tidak saya lakukan ketika masa kuliah. Sesungguhnya 5 hal tersebut merupakan hal-hal yang pastinya akan selalu ditanyakan oleh berbagai macam perusahaan-perusahaan ketika kamu telah menyelesaikan pendidikanmu. So, if you’re still college student, you still have plenty of time to learn and join any positive things and organizations. Waste your “mahasiswa/i” status with a lot of positive activities that will enrich you and also useful in the next phase of life. Enjoy your “mahasiswa/i” status and good luck! Have a nice day!

Read More

Rabu, 01 Agustus 2018

Drama Skripsi






Alhamdulillahirobilalamin! Akhirnya saya nulis artikel lagi setelah sekian lama tertunda dan update-an yang gak konsisten selama bertahun-tahun (hehe maafkan!). Alasan saya gak konsisten sama nulis artikel selama ini sih karena sibuk sama skripsi dan tugas-tugas lainnya tapi (lagi-lagi) alhamdulillahirobilalamin, skripsi yang saya garap beberapa bulan terakhir telah selesai! (yaay!). Antara senang dan sedih sih ya sebenarnya. Senang karena salah satu tanggungjawab saya kepada orangtua telah usai akan tetapi ada sedikit rasa sedih pula di dalamnya karena saya sudah tidak lagi sepenuhnya menjadi mahasiswa yang harus bulakbalik ke kampus, ngerjain tugas, ketemu teman-teman sekelas dan sebagainya. Dan yak, saya dituntut untuk memperluas zona nyaman saya secepatnya dan cepat berdaptasi dengan status yang baru.

Anyway…. Sesuai dengan judulnya, pada artikel ini, saya akan lebih curhat tentang drama-drama yang berhubungan dengan skripsi. Saya dedikasikan artikel ini kepada kalian-kalian yang sering banget bilang “Beby mah enak ya skripsinya udah selesai”, “Beby mah enak udah sidang”, “Beby mah cepet banget dah ngerjain skripsinya” dan segala hal Beby mah ini, Beby mah itu lainnya.

Okay… jadi saya menggarap skripsi kurang lebih sekitar 8 bulan, dimulai dari 11 November 2017 dan berakhir di 16 Juli 2018. Menurut saya 8 bulan merupakan waktu yang cukup lama dalam penyelesaian skripsi dan di 8 bulan itu sesungguhnya banyak sekali drama-drama yang mungkin gak ke-expose atau gak ke-notice sehingga banyak yang ngerasa perjalanan skripsi saya mulus-mulus aja, padahal mah…. Sakit :’)

Drama pertama dimulai dari dalam diri sendiri yang merasa tidak mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. pada saat itu saya sendiri tidak percaya diri untuk melakukan penelitian terhadap para model seksi karena saya tidak punya link sama sekali untuk bertemu model seksi. Lalu saya pun terbentur oleh adanya stigma yang saya bangun sendiri di kepala tentang identitas mereka sebagai model seksi dan juga munculnya rasa takut bertemu karena merasa bahwa saya hanyalah seorang mahasiswa biasa, bukan suatu identitas yang “wah” dan saya selalu berpikir apakah mereka akan nyaman dengan identitas saya yang berkerudung? Saya sempat berpikir untuk membuka kerudung ketika bertemu dengan para model seksi agar mereka dapat terbuka dengan saya tapi ide tersebut langsung dikubur dalam-dalam setelah saya membicarakan ide tersebut dan disembur habis-habisan oleh orang-orang terdekat saya (maaf Beby khilaf, gak lagi mikir kayak gitu).

Tanggal 11 November 2017 merupakan pertama kalinya saya ketemu informan yang seorang model seksi. Sebelum pertemuan itu terjadi, sebenarnya saya sudah jiper duluan mengingat kalau identitas informan adalah seorang model seksi, ditambah lagi saya takut kalau identitas saya yang berkerudung justru membuatnya tak nyaman dan takut berpikir bahwa saya menemuinya hanya untuk menjelekkan dirinya. Menjadi suatu hal yang miris bahwa saya membicarakan tentang identitas pada skripsi saya tetapi malah mendapatkan berbagai masalah dikarenakan identitas hehe. Dan drama kedua dimulai pada tanggal itu. Saat itu informan pertama mengajak ketemuan di salah satu coffee shop di daerah bilangan Jakarta Barat. To be honest, saya bukan orang yang suka kopi makanya saya gak tau tentang harga-harganya dan segala diskonannya, lalu tiba-tiba sang informan ngajakin ketemuan di coffee shop tersebut dan minta dibelikan 2 buah minuman yaitu coffee latte dan greentea latte! Saya dan kedua teman saya (untungnya wawancara pertama ditemani oleh dua orang teman yang baik hati!) berpikir “lah kok model minum manis-manis sama kopi sampe dua biji gitu yak, kaga takut gendut apa?” dan tau apaaa? Ternyata dia bawa pacarnya dan coffee latte yang ia minta kepada saya ternyata memang dikhususkan untuk si pacar. Yang menyedihkan adalah….. saya gak pernah notice kalo satu coffee shop itu selalu ada promo buy one get one free setiap hari senin pada saat itu jadi saya beli dengan harga normal :’) sudah gitu ketika wawancara telah selesai, sang informan main pergi meninggalkan minuman yang sudah dibelikan tanpa dihabiskan :’) Rasa gusar ini pun menambah ketika kedua teman saya bilang setelah wawancara “Beb, maaf ya. Tadi tuh kita gak ngasih tau Beby gara-gara baru tau kalo ternyata coffee shop nya punya promo buy one get one free. Jadi kita berdua beli Cuma 60ribu beb tapi dapet dua” :’) Dan karena tidak mempersiapkan budget dan tidak memprakirakan akan dimintai jajan akhirnya saya bisa pulang dengan meminjam uang mereka berdua :’) (ku haturkan terimakasih genks).

Tanpa disadari ternyata pertemuan pertama ini malah menjadi suatu kendala bagi saya ke depannya untuk bertemu informan lainnya. Selalu ada perasaan takut dan trauma yang hinggap di diri saya sejak saat itu. Kejadian ini pun akhirnya menyetop diri saya dari berbagai aktivitas perskripsian sampai ke awal tahun 2018.

Drama lainnya adalah penolakan. Yep! Mungkin tema penelitian saya dianggap suatu tema yang menjelek-jelekkan pekerjaan para model seksi padahal mana ada skripsi yang menjelek-jelekan pihak yang ia teliti? Kita dituntut untuk objektif, bukan? Tapi apa yang terjadi? Saya sering sekali kena penolakan yang dapat dibilang kasar, jutek, tidak direspon bahkan ada beberapa calon informan yang secara terus terang minta feedback karena ia menganggap kalau saya akan membocorkan identitas pribadinya.

Selain drama yang didapat dari informan, ada pula drama-drama yang didapat dari dalam kampus. Seperti misalnya, dosen pembimbing saya tipikal dosen yang akan merevisi bila skripsi rampung hingga bab isi terlebih dahulu. Pada saat itu saya sudah menyelesaikan hingga bab penutup dan saya kira, saya akan diberikan sedikit revisi dan di acc pada minggu depannya (pede sekali) dan ternyataa…. Skripsi tersebut harus dirombak dari bab pendahuluan hingga bab isi dan penambahan satu bab tentang penjelasan data yang ditemukan di lapangan :’) yah… Itu merupakan revisi yang cukup banyak dan detail yang pernah saya terima semasa saya kuliah. Setelah direvisi, alih-alih mendapatkan acc, dosen pembimbing saya terus saja memberikan bahan bacaan berbahasa Inggris yang naudzubillah banyaknya. Hingga sampai suatu saat saya berkata jujur bahwa saya sudah sangat mentok dan tidak ada bahan bacaan yang bisa saya masukkan ke dalam skripsi saya.

Sebenarnya, masih banyak drama-drama lainnya yang berhubungan dengan penyelesaian skripsi ini tetapi bila disebutkan semuanya yang ada artikel ini akan sangat panjang. Artikel ini pun ditulis bukan untuk menjelekkan pihak-pihak tertentu, saya hanya ingin mencoba mengingatkan bahwa dibalik “lo enak deh” pasti ada drama-drama, perjuangan, tangis, darah dan keringat (ini lebay) dan sebagainya yang telah seseorang lalui. Every person have their own battle but not all of them expose their battle dan bukan berarti mereka yang tidak mengekspos pertarungannya, tidak memiliki kesulitan sama sekali, tidak. It isn’t wise to said “ah lo enak” because we have same difficulties, struggles, obstacles, time and so on. Jadi, jangan merendahkan diri sendiri dengan kalimat “lo mah enak” karena pada dasarnya kita semua memiliki tantangan yang sama-sama besar dan kemampuan yang sama besarnya. So, please. Please, believe to yourself and passed all obstacles with a big self-confident! Have a good day!     
               

Read More

Sabtu, 14 April 2018

Belajar dari Model Seksi


Sudah lebih dari satu tahun saya tidak menulis artikel apapun sehingga pada akhirnya blog ini terlantarkan selama lebih dari satu tahun pula (maafkan perbuatan yang tidak bertanggungjawab ini! hehe :’)). Tapi penelantaran blog ini bukan berarti tanpa sebab, beberapa bulan ini (yak, 12 bulan lebih) saya sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai tugas kampus seperti tugas-tugas harian, KKN, laporan KKN-nya dan pada saat ini saya sedang dalam proses pembuatan skripsi. Ngomongin tentang skripsi, menurut beberapa dosen terutama dosen laki-laki, tema skripsi yang saya buat pada saat ini tergolongkan tema yang “ngeri-ngeri sedap” unit analisisnya. Lah emang kenapa gitu? Yak, saya memilih Model Seksi untuk menjadi unit analisis dalam skripsi saya.

Ha? Model seksi? kenapa harus model seksi?”, Well, banyak orang yang menanyakan pertanyaan seperti itu ketika saya menjelaskan secara sepintas tentang tema skripsi yang sedang digarap saat ini. Jujur saja, dulu saya tertarik untuk memilih model seksi sebagai unit analisis karena saya penasaran kenapa sih, kok mereka mau foto dengan menggunakan pakaian serba minim dan bahkan telanjang? Apa gak malu? Dan ketika saya tanyakan kepada beberapa teman sesama jurusan, jawaban mereka pun tak terlepas dari tanggapan-tanggapan negatif seperti “mungkin mereka gak punya skills lain, Beb”, “mungkin mereka mau cari duit yang cepet, Beb” dan sebagainya.

Ketika saya tanyakan kepada teman-teman saya yang tidak sejurusan tentang pendapat mereka terhadap model seksi, mereka pun memberikan tanggapan yang cukup negatif seperti tidah tahu malu, nyari duit cepet, wanita yang dekat dengan “aktivitas malam” dan berderet tanggapan-tanggapan negatif lainnya. Saat saya coba untuk memasukkan kata kunci “model seksi” di mesin pencari pun hasil yang ditemukan adalah seputar berita miring tentang mereka seperti penggunaan narkoba, prostitusi, wanita simpanan dan sebagainya. Selain itu, saya mencoba mencari tahu tema penelitian apa saja yang berhubungan dengan model seksi dan hasil yang keluar pun tidak jauh dari anggapan bahwa model seksi menggunakan tubuhnya sebagai objek dan komoditas atau yang biasa disebut objektivikasi dan komodifikasi tubuh. Karena tanggapan-tanggapan masyarakat dan hasil penemuan dari internet itu lah yang akhirnya men-trigger saya untuk mengenal dan mengetahui mereka lebih jauh.

Jujur lagi, pertama kali bertemu dengan model seksi, yang ada di kepala saya kebanyakan berupa stigma yang terbangun di masyarakat, insecurities dan 1001 pikiran negatif-negatif lainnya, well, menurut saya hal tersebut sangatlah wajar karena saya akan bertemu dengan seseorang yang jelas-jelas berbeda latar belakang, identitas, pola pikir dan bahkan nilai yang dianut. Akan tetapi ketika saya berjumpa dengan mereka hal yang saya takutkan luruh seluruh-luruhnya tanpa meninggalkan jejak. Yak! Mereka baik, enak diajak ngobrol berjam-jam, easy going dan apa yang saya takutkan justru malah tidak muncul. Bahkan menurut saya, setelah berbincang-bincang kesana-kemari dengan mereka, saya malah beranggapan bahwa apa yang dipikirkan oleh orang-orang selama ini hanya merupakan pemikiran secara general karena mereka menilai para model seksi berdasarkan nilai yang dianut dan tidak pernah berbincang langsung. Dan tahu kah kamu? Sesungguhnya ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka loh tentang kehidupan ini, seperti:

          1.      Good Attitude

Ketika saya berbincang-bincang dengan mereka, ada satu pertanyaan yang selalu saya tanyakan kepada mereka, pertanyaan tersebut adalah “hal apa yang selalu kalian utamakan?” dan mereka menjawab kalau mereka mengutamakan good attitude dengan siapapun tanpa pandang bulu. Mereka akan menjaga attitude mereka dengan rekan kerja seperti on time ketika punya janji untuk bertemu dan bahkan mereka pun tetap menjaga attitude-nya walaupun kepada orang yang tidak mereka kenal di media sosial. Sering sekali mereka mendapatkan komentar seperti body shaming hingga pelecehan seksual dari orang yang tidak mereka kenal. Jika saya adalah mereka mungkin saya pribadi akan balas komentarnya dengan komentar yang tidak kalah pedas, akan tetapi mereka mengaku lebih memilih untuk  mendiaminya atau membalas dengan kata-kata yang sopan. “kita sopan anda segan” begitu lah prinsip yang mereka anut selama ini.

Balik lagi ke diri kita masing-masing. Well, good attitude gak selamanya selalu berhubungan dengan orang-orang besar atau pekerjaan hebat. Good attitude pun harus kita jaga walau hanya dalam hubungan personal dan yang paling sederhana. Misalnya seperti ketika meminta bantuan seseorang cobalah gunakan kata “tolong” dan bicarakan dengan sopan. Ucapkan juga “terima kasih” ketika ada seseorang yang telah melakukan sesuatu untuk kita, mengapa? Karena hal sesimpel itu pun merupakan suatu apresiasi atas tenaga bantuan dari orang lain. Lalu ucapkan “maaf” apabila memang menyakiti perasaan orang lain atau berbuat kesalahan, bukannya malah “ih masa gitu aja baper”. Sesungguhnya, apabila kita mengusahakan untuk membiasakan diri dengan good attitude dari hal terkecil pun, someday kita akan terbiasa dengan good attitude dalam urusan yang besar. Mari kita coba bersama untuk mengadopsi prinsip para model seksi ini di dalam kehidupan tersimpel dan terpersonal kita. Sesungguhnya, good attitude is a matter thing than everything. A good attitude won’t hurt you or make you looks bad but it will make you looks greater.

         2.      Profesional

Yes! They are so professional. Kenapa? Karena sebagian besar model seksi yang saya tanyakan “mengapa mau foto seksi bahkan telanjang” mereka selalu menjawab “ya karna saya passion dalam hal modelling dan saya mau totalitas dalam hal tersebut”. Well, don’t look at it with all your values, just see it in a positive way. Ya, mungkin bagi beberapa orang ada yang menjawab “ih totalitas sih totalitas tapi gak gitu juga kali” ya coba kita sisihkan dulu nilai-nilai yang kita pegang teguh dan coba ambil positifnya.

Coba kita tarik hal tersebut ke kehidupan kita (terutama saya) sebagai pelajar. Sebagai pelajar pun kita harus profesional loh dalam mengerjakan apapun terutama tugas-tugas kita. Some of people rather to choose cheating, plagiarism and so on when they are doing their assignments. Ya seharusnya kita pun sebagai pelajar harus mencoba “bekerja” profesional. Walaupun tugas-tugasnya sulit, menumpuk dan sebagainya kenapa gak kita mencoba untuk mengerjakannya sesuai dengan kriteria yang diberi dosen dan sesuai dengan kemampuan kita tanpa menyontek? Urusan nilai, ya kita serahkan ke dosen yang terpenting adalah totalitas dulu dalam mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan kita. Dosen pun pasti mengerti jerih payah dan kemampuan kita.

         3.      Gak Baperan

Coba bayangin, banyak orang yang gak dikenal komentar apa saja di akun media sosial para model seksi, mulai dari pujian, nanyain tips hingga ke hal-hal yang menurut saya ekstrim seperti body shaming, cyberbullying dan bahkan pelecehan seksual. Kalau saya jadi mereka mungkin saya sudah tutup akun, nangis dan tidak akan pernah muncul kepermukaan lagi. Tapi berbeda dengan mereka. Ketika ditanyai apa yang mereka rasakan, well, mereka menjawab sebagai manusia memang sakit melihat ketika ada seseorang yang mengomentarinya dengan hal-hal negatif akan tetapi mereka menganggap bahwa hal tersebut merupakan evaluasi bagi diri mereka dan mereka terima sebagai pembelajaran dan sebagai resiko yang harus mereka hadapi.

Mungkin, banyak dari kita yang masih suka baperan (begitupun dengan saya), misalnya ketika dikritik dosen tentang tugas tiba-tiba mood langsung down dan malas mengerjakan tugasnya. Atau misalnya ketika kita diberikan tugas di kantor dan kita sudah mengerjakannya sungguh-sungguh tiba-tiba minta diulang lagi sama atasan karena ada suatu kesalahan dan akhirnya baper sehingga mengerjakan tugas tersebut dengan bersungut-sungut. Well, sesungguhnya baper itu sangatlah wajar, ya namanya manusia pasti pernah merasakannya, kan? Tapi jangan jadikan rasa baper itu sebagai penghalang bagi kesuksesan kita. Sesungguhnya, hal-hal yang membuat kita baper malah merupakan hal-hal yang bisa kita pelajari dan sebagai tempaan untuk diri kita supaya lebih kuat lagi di masa yang akan datang.

         4.      Berani jadi Diri Sendiri

Mereka yang menjadi model seksi selalu menjawab bahwa hal tersebut adalah passion mereka dan mereka pun menggolongkan diri mereka sebagai model seksi sehingga apapun kegiatan yang berhubungan dengan modelling yang bertemakan seksi pasti akan mereka tunjukkan. Yes! They show up their identity! Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai model seksi. Mari kita coba tarik ini ke kehidupan kita yang sangat sederhana. Mereka saja yang mungkin banyak sekali menerima perundungan dan sebagainya masih berani kok menunjukkan identitasnya sebagai model seksi, lantas kenapa kita harus menjadi pribadi yang bukan kita banget agar match dengan keadaan sosial yang ada? Selama dirimu tidak mengganggu orang lain, why don’t you be yourself? The best thing that you can do is being yourself.  

         5.      Proud of yourself

Yap, ketika seseorang memamerkan identitasnya dimuka umum tandanya orang tersebut pastinya bangga akan identitasnya dan juga dirinya. Model seksi menunjukkan foto-fotonya dengan menggunakan pakaian serba minim dan juga kadang tak menggunakan pakaian apapun, hal tersebut merupakan tanda bahwa mereka bangga dan percaya akan dirinya dan tentu dengan skills modelling yang mereka miliki (sungguh, ketika ada orang yang bilang model seksi gak punya skills, you better read a book or watch some movies or anything about modelling. Pegel bre harus bergaya untuk menunjukkan curve tubuh dan susah juga untuk punya mood yang pas dengan konsep seksi. Saya gak pernah nyoba sih, tapi ya saya stiff anaknya, foto di studio aja udahannya keringetan dan lelah naudzubillah rasanya dan I know it will be super difficult to do so!).

Tarik lagi ke kehidupan kita, terkadang kita hanya menganggap kalau diri kita selalu kalah apabila dibandingkan dengan orang lain. Anggaplah pasti kita pernah punya perasaan “wah dia hebat ya, apalah gue? Cuma res-resan rengginang”. Well, trust me, res-resan rengginang itu enak. Coba deh kamu makan rengginang, pasti banyak dari kamu yang mengadahkan tangannya dekat mulut agar res-resan rengginang gak jatuh kemana-mana sehingga nanti bisa dimakan lagi, ya kan? Setiap orang pastinya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sayangnya saja kebanyakan orang terlalu fokus kepada kekurangan diri sendiri sehingga lupa dengan kelebihannya. Lack of self-confident will be a big obstacle for you to reach your goals, just be proud of yourself.

Saya pun membuat artikel ini bukan berarti saya adalah orang yang sempurna atas kelima hal diatas. Jujur, saya pun masih harus banyak belajar untuk semua hal dan tentu tulisan ini menjadi suatu cara untuk “noted to myself”. At the end, gak semua orang hitam dan gak semua orang putih. Manusia adalah makhluk yang abu-abu karena terdiri dari perpaduan dua warna yaitu hitam dan putih. Gak semua yang kita anggap salah adalah salah dan gak semua yang kita anggap benar adalah benar dalam urusan duniawi ini. Cobalah kita kesampingkan segala stigma dan nilai terlebih dahulu agar dapat melihat sisi positif dari suatu hal. Keep spreading positive vibes and have a good day!

Read More